Salah satu pandangan yang saya bawa ke alam pendidikan yang saya masuki setahun lalu adalah pandangan bahwa siswa (atau anak-anak) justru harus kita dorong untuk mampu dan senang bermain game komputer, bukan melarangnya. Salah satu hasil dari keyakinan itu adalah lab komputer sekolah yang saya pimpin saat ini tidak pernah sepi dari suara nyaring melodi game komputer yang dimainkan siswa (termasuk guru) baik dalam jam sekolah maupun diluar jam sekolah. Saya pun menuai kritik serta muka cemberut orang tua siswa yang menganggap bahwa game komputer, apapun alasannya, adalah negatif. Terutama bila dilihat dari sisi ketagihannya.
Sulit untuk membuktikan keyakinan saya itu dalam waktu yang sangat singkat. Namun ada satu keadaan yang jelas saat ini, yaitu hampir tidak ada siswa di sekolah kami yang tidak mahir memainkan jari-jarinya diatas keyboard, semakin sedikit pula yang matanya cepat lelah didepan monitor komputer. Lebih nikmat lagi ketika menyaksikan anak-anak tadi berteriak kegirangan ketika memenangkan suatu pertandingan game online karena logika dia lebih tajam dibanding musuhnya, ataupun karena kecepatan jarinya memainkan mouse lebih cepat dibanding musuhnya.
Saya bukan penggemar game, bahkan game yang bisa saya mainkan sangat sedikit, apalagi memenangkannya. Namun saya sangat antusias mengamati perkembangan aplikasi game komputer yang berkembang, juga aktif mengamati perilaku anak-anak yang bermain game-game tersebut.
Kalaulah para orangtua mau meluangkan waktu sedikit saja untuk menyelami apa yang terjadi dengan perkembangan pikiran anak-anaknya dengan semakin ketagihannya mereka terhadap game komputer, pastilah mereka akan tercengang.
Saya adalah pengguna serius dari banyak aplikasi komputer mulai dari Microsoft Office hingga Adobe Premiere yang membutuhkan kemampuan teknis tinggi untuk dapat mengoperasikan serta memanfaatkannya untuk pekerjaan. Pada satu sisi, saya bahkan menikmati bekerja dan berkreasi dengan aplikasi-aplikasi serius tadi. Namun ketika saya harus dihadapkan pada aplikasi game Commandos yang dimainkan dengan fasihnya oleh keponakan saya yang kelas 4 SD, saya betul-betul bengong dan tidak mampu secara cepat mencerna logika dasar pengoperasian aplikasi itu.